HUT ke-18 PPODA Dimeriahkan Perlombaan Silua Hasil Pertanian Organik

HUT ke-18 PPODA Dimeriahkan Perlombaan Silua Hasil Pertanian Organik
Ketengan foto : Perayaan HUT ke-18 PPODA. • (fajar gunawan)

JURNALDAIRI.com - Ribuan petani di Kabupaten Dairi meriahkan HUT ke-18 Perhimpunan Petani Organik Dairi (PPODA) yang dilaksanakan di halaman Gedung Nasional Djauli Manik Jalan Sisingamangaraja Sidikalang, Kabupaten Dairi, Kamis (5/5/2023).

Perayaan HUT ke-18 PPODA juga dimeriahkan dengan perlombaan Silua atau oleh-oleh hasil pertanian organik yang dibawa para petani dari setiap desa dan kecamatan.

Ketua PPODA, Parlindungan Tambunan mengatakan, organisasi petani terbesar di Dairi yang berdiri tanggal 11 Maret 2005 tetap konsisten bergerak dalam pengembangan pertanian dan peternakan organik.

Jumlah petani yang tergabung dalam PPODA itu, sebanyak 104 kelompok tani dengan jumlah anggota sebanyak 5.360 orang yang tersebar di 12 kecamatan dan 89 desa.

"Sebagai organisasi petani yang independen dan mandiri, PPODA juga aktif memperjuangkan hak-hak petani, keberlanjutan lingkungan dan demokrasi di Dairi," kata Parlindungan.

Disebutkannya, peran PPODA dalam mengawasi jalannya pemerintahan diharapkan akan berdampak terhadap peningkatan kualitas kebijakan pemerintah daerah yang transparan, akuntabel dan adil

"Prinsip itu yang menjadi referensi PPODA dalam membangun komunikasi dengan pihak eksekutif dan legislatif di Dairi," ucapnya.

Tidak berhenti sampai disitu, menurutnya anggota PPODA yang tinggal di desa juga terlibat aktif dalam pembangunan di desa melalui musyawarah dusun, musyawarah desa dan musrembang desa yang muaranya adalah meningkatnya partisipasi masyarakat dalam mewujudkan pemerintahan desa yang berkualitas sesuai dengan cita-cita Undang-Undang Desa No 6 tahun 2014.

"Sebagai Organisasi Petani tentu kerja-kerja PPODA) banyak menyentuh kepentingan dan hidup petani, salah satunya adalah advokasi yang mendorong kebijakan yang berpihak kepada Petani dan pertanian," ujarnya.

Sebagai daerah agraris yang menurut data statistik lebih 80% tentunya membutuhkan kebijakan- kebijakan yang menyentuh soal pertanian.

Namun, PPODA memilih pertanian yang tidak banyak dipilih masyarakat saat ini, yakni pertanian selaras alam (Organik) yang tujuannya adalah untuk menyeimbangkan alam dengan mengurangi pengunaan pupuk dan pestisida kimia secara berlebihan.

"Kami dari PPODA ingin mengembalikan kearifan local yang sejak dulu telah dilakukan oleh nenek moyang kita 'Sinur na pinahan Gabe na niula Horas Jolma," sebutnya.

Menurutnya, PPODA ingin menjadi organisasi yang merdeka yang mampu berdiri di kaki mereka sendiri dan bebas bersuara menyuarakan kepentingan petani tanpa tekanan dari siapa pun, dalam memperjuangkan hak-haknya sebagai bagian dari Hak Azasi Manusia (HAM).

PPODA juga akan terus mendukung seluruh perjuangan petani yang sedang menuntut keadilan, masyarakat adat, perempuan, buruh dan kelompok masyarakat marjinal lainnya.

"Juga menolak segala kegiatan koorporasi yang berpotensi merusak lingkungan, pertanian dan merampas ruang hidup," ungkapnya.

Melalui HUT ke-18, dirinya berharap kedepannya, PPODA semakin memberikan warna dan posisi tawar yang besar di Dairi untuk mendorong kebijakan terutama dalam sektor pertanian organik atau pertanian selaras alam.

"Kita ingin pertanian organik juga mampu menjadi salah satu jawaban dan solusi bagi petani kita dari kondisi saat ini ditengah kesulitan petani saat ini untuk mendapatkan pupuk akibat kelangkaan dan harga yang sangat mahal," tuturnya.

Namun, tentu dibutuhkan keseriusan dan political will atau kemauan pemerintah untuk mewujudkan hal tersebut melalui kebijakan yang berpihak kepada pertanian organik.

Beberapa persoalan yang masih dihadapi petani saat ini diantaranya akses modal, kelangkaan pupuk dan regenerasi petani yang sangat lambat yang menyebabkan produktifitas pertanian sangat rendah, serta usia petani saat ini 60% rata-rata diusia diatas 55 tahun.

"Persoalan lain adalah hilangnya percaya diri dari petani kita, dimana petani kita semakin tergantung kepada pertanian yang instan, yakni pemakaian pupuk dan pestisida kimia yang berlebihan," terangnya

Selain itu, bibit hibrida manjadi indentitas baru petani, siapa yang mampu mengakses itu semua dengan modal yang tidak sedikit maka itulah disebut petani sukses dan berhasil.

"Dampaknya, kita kehilangan bibit lokal yang sebenarnya sangat tahan terhadap hama dan penyakit, kita kehilangan kearifan lokal yang dulu sangat membantu kita mengurangi biaya produksi pertanian kita," tandasnya.

Reporter

Fajar Gunawan

Editor

Novel M Sinaga

Komentar

Belum ada komentar pada berita ini!